Rabu, 07 Desember 2011

Garis Keras !!!



Garis Keras itu seperti lautan kotor yang tidak kita mengerti kedalamannya. Kita tahu air itu kotor, kita tidak tahu apa yang tersembunyi di dalam genangan tersebut, seberapa dalam jika kita terjatuh dan tenggelam, lalu kita sadar kita tidak bisa berenang. Tapi kita harus melewati lautan itu untuk mencari tahu, maka kita melakukannya!

Garis keras adalah ketika kita harus bergerak lincah di dalam labirin kusut, tanpa cahaya, sedangkan kita adalah seorang pemalas dan benci kegelapan, sementara bom waktu menunggu untuk meledak.

Apa yang akan kamu lakukan, ketika di satu hari yang sama sekali tidak pernah kamu duga, tiba-tiba kamu telah berada di tengah-tengah garis keras hidupmu sendiri?

Pilihannya, Cuma 2… maju, atau kamu mati!  

Hidup ini keras. Bukan sekeras batu, karang, atau besi. Hidup ini sesungguhnya hanya seperti garis…dia tidak akan berbelok jika sang pena tidak ingin. Dia akan mati, ketika sang pena kehabisan tinta. Pena adalah ego, dan tinta adalah pikiran.

Garis keras sesungguhnya membuat kita yang buta, melihat dunia!
Garis keras bisa membuat orang lumpuh bisa berlari!
Garis keras sanggup membuat kebisuan, mengungkapkan kejujuran!

Apa yang kamu rasakan ketika kamu harus melakukan sesuatu yang memang seharusnya itu bisa dicerna banyak orang, tapi itu menjadi sebuah boomerang untuk orang lain. Apa yang seharusnya kamu lakukan untuk keadilan bersama?
Siapa yang harus dibela keberadaannya?

Wartawan dan Penulis lepas… mereka berada di garis keras!
Mereka tidak pernah kehilangan akal, bagaimana cara mengungkapkan kejujuran dari sebuah realita, dimana sementara itu, orang lain bungkam, acuh tak acuh, takut, atau tidak perduli sama sekali. Lalu kamu??

Sarjana mana yang rela mengganti nilai materi hasil belajar di perguruan tinggi dengan ratusan jutanya, sementara saat bekerja menjadi wartawan, dia diberi imbalan 1% dari uang semester beberapa tahun bangku kuliahnya?

Sarjana mana yang mau melepas semua gelarnya, yang dulunya dengan susah payah menghafal kata demi kata dari bahasa asing, angka demi angka untuk melengkapi syarat ujian, sementara ketika memutuskan untuk menjadi Penulis, dia tidak membutuhkan untuk terkenal bersama gelar sarjananya!
Itu garis keras!!!

Garis Keras adalah ketika kita harus melakukan sesuatu yang perlu kita perjuangkan, tapi ternyata itu menentang peraturan yang sudah dibuat.

Lalu apa saja yang sudah kamu lakukan di balik layar Komputer, mengetik, bekerja 5 hari dalam 1 minggu, 8 jam sehari, setiap hari besar nasional kamu mendapat gaji penuh, ketika berprestasi kamu mendapat gaji dua kali lipat bulananmu, dan gaji tetap aman setiap bulan?
Dan kamu masih juga mengeluh?
Apa itu yang kamu bilang garis keras?
Bukan! Itu bekerja keras!

Cobalah sesekali menengok lebih dalam pada sosok jiwa kewartawanan dan penulis. Mereka tidak memaksa gaji! Mereka tidak pernah mengeluh ketika hari besar kalian libur, mereka mengais rezeki di luar sana! Mereka tidak pernah menangis ketika prestasi mereka tidak pernah dihargai atasan! Mereka tetap berdiri tegak saat mereka harus standby 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tidak perduli hujan, terik, bahkan tidak ada asuransi perlindungan pada bahaya dan rintangan di medan lapangan! Lihat, semua tidak berarti! Mereka melakukan sesuatu yang sebenarnya jauh terjangkau dari logika!

Mereka menceritakan sebuah fakta, yang menjadi aib bagi sebagian orang! Mereka berbagi apa yang seharusnya masyarakat tau, dan membuka mata lebar-lebar, tapi orang ber’duit’ menganggap itu semua adalah ‘kesalahan’. Sampai mereka harus menjadi kambing hitam, dikejar ‘mafia’ yang kebakaran jenggot,  Tapi wartawan dan penulis, tetap harus berbicara!
Dan mereka tidak mengeluh!
Itu garis keras!!!

Aku ingin tau, apa kamu ingin semua kehidupanmu berdasarkan kebohongan? Imitasi dan tidak nyata?
Apa kalian bangga pada kepalsuan, hanya kerena tidak ingin terlihat cacat?

Hei, Cuma Tuhan Yang Maha Sempurna, sob!

Bukan maksud pembelaan kepada Wartawan dan Penulis. Hanya merobek sedikit celah yang tertutup, supaya masyarakat bisa kembali menyadari, bahwa mereka adalah wakil rakyat. Jembatan antara orang kecil dan orang besar! Itu bernilai!

Wartawan dan Penulis sejati bekerja karena dia memiliki tanggung jawab kepada rakyat, bukan karena Jabatan! Dia mencari berita yang memang seharusnya diketahui seluruh masyarakat. Dia bergerak karena jiwanya yang tangguh! Dia mencari kebenaran tentang nasionalisme. Bukan hanya sekedar pencari sensasi yang melebih-lebihkan berita pribadi non-real tentang ‘orang lain’!

Mereka menyampingkan materi, mereka haus akan fakta di dalam realita, kejujuran di balik drama politik, dan gatal berbicara ketika ketidakadilan mulai menggerogoti korban tertindas.
Mereka mewakili semuanya!

Mereka adalah garis keras!
Mereka pantang menyerah sebelum tercapai kepuasan pada transparansi realita!
Jangan menutup mata pada Wartawan dan Penulis…

Jangan save wartawan, karena mereka bukan orang utan!
Jangan lindungi penulis, karena mereka bukan binatang langka!
Jangan dukung wartawan, karena jurnalisme bukan kompetisi!
Jangan pilih penulis, karena jurnalisme bukan manekin!
Jangan tertawakan mereka, karena mereka bukan comedian!

Jadikan wartawan dan penulis adalah sahabat kita…karena mereka menyayangi kita. Mereka ingin kita mendengar, melihat, dan merasakan apa yang selama ini kita acuhkan, kita butakan, dan kita spelekan.

Apa kamu sanggup melakukan apa yang sudah mereka lakukan, dan mereka perjuangkan?