Minggu, 09 Desember 2012

“Jangan Buru-Buru Memvonis Pasangan Infertil”


Mengenali Masalah Kesehatan dan Kesuburan Suami-Istri 
Jangan Buru-Buru Memvonis Pasangan Infertil

Jika ada pasangan suami-istri yang sudah lama menikah namun belum dikarunia anak, bisa jadi salah satu dari mereka mengalami infertilitas atau ketidakmampuan menghasilkan keturunan. Bisa dari sang istri atau suami.

Infertilitas kerap diartikan keadaaan di mana seorang istri tidak mengalami kehamilan setelah menikah tanpa penggunaan kontrasepsi atau program kehamilan sebelumnya. Pada ilmu kedokteran versi lama menyebutkan bahwa seorang perempuan ditentukan mengalami infertil jika dalam kurun waktu 1 tahun tidak hamil. Namun dalam ilmu kedokteran baru yang dipakai oleh Siloam Hospitals adalah 2 tahun.

Memang masih ada beberapa rumah sakit yang menggunakan prinsip 1 tahun, namun kami menggunakan konsep yang 2 tahun. Karena kami harus memeriksa dulu, penyebab utama, baik dari istri atau suaminya, terang dr HMD Ervintiyanto SpOG dari Siloam Hospitals.

Masyarakat pada umumnya, kurang memahami apa itu infertilitas, atau yang biasa dikenal sebagai bahasa awam adalah kemandulan. Ini yang sering kurang dipahami masyarakat. Suami-istri yang tinggalnya berjauhan, seperti kerjanya di lokasi dan istrinya lama tak kunjung hamil, kemudian divonis mandul. Jangan buru-buru menilai segampang itu, kata Ervin, sapaan akrabnya. Jadi infertil bukan berarti mandul selamanya. Periksa dulu.

Dikatakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini, infertilitas terbagi atas dua jenis, primer dan sekunder. Diterangkannya, infertilitas primer yakni istri belum pernah hamil meskipun sudah melakukan hubungan intim. Sedangkan infertilitas sekunder, istri sudah pernah hamil lalu tidak kunjung hamil lagi meski sudah rutin melakukan hubungan intim. Oleh karena itu, sebelum menghakimi seseorang mengalami infertilitas, diharuskan periksa dulu jenisnya, baru kemudian diketahui penyebabnya, kata Ervin.

Dipaparkannya, penyebab bisa terjadi antara suami atau istri. Maka yang perlu diperiksa adalah spermatogenesis-nya. Dilihat dulu, apakah ada penyakit testis, atau kelainan endoktrin sehingga spermatogenesis-nya mengalami gangguan atau tidak, ujarnya. Ditambahkannya, infertilitas bisa saja terjadi kelainan mekanisme sehingga sperma tidak dikeluarkan ke dalam puncak vagina, karena beberapa hal. Seperti impotensi atau ejakulasi dini. Sehingga sperma yang masuk ke dalam vagina wanita, tidak berjalan dengan baik atau tidak sampai, ulas Ervin.

Lanjut dia, tidak menutup kemungkinan bahwa penyebab infertilitas datang dari istri. Seperti ada gangguan ovulasi seperti kelainan ovarium atau gangguan hormon. Bisa juga terjadi kelainan tuba, adanya mium, atau tidak sedang dalam masa subur, tambah Ervin. Ujarnya, masa subur perempuan adalah 14 hari sebelum hari haid atau menstruasinya tiba.

Disebutkan Ervin, di Balikpapan, perempuan-perempuan yang mengalami infertil dan memeriksakan diri bersama suami cukup banyak. Jumlahnya sekitar 10 persen dari keseluruhan kunjungan di Siloam Hospitasl. Yang penting untuk diperiksa adalah masa ovulasinya. Memeriksa vagina smear, lendir servik, endometrium, dan pemeriksaan hormon seperti esterogen dan pregnandiol-nya, kata Ervin, jika yang diperiksa adalah istri.

Sedangkan jika yang diperiksa suami, katanya, sperma harus dihitung berapa banyaknya. Sperma yang telah dikeluarkan setelah 1 jam, nanti akan ditampung setelah abstinensia selama kurang lebih 3 hari, untuk mengetahui jumlah normalnya, kata Ervin. Dijelaskan Ervin, idealnya sperma bervolume 2-5 cc, dengan sprematozoa 100-120 juta per cc. Kemudian, pergerakan normalnya 60 persen dari sprematozoa, masih bergerak ke dalam rahim, selama 4 jam setelah dikeluarkan.

Penyebab infertil bukan hanya karena pengaruh gaya hidup pria yang tidak sehat seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Namun, perempuan juga bisa melakukannya. Gaya hidup seperti itulah yang harus sama-sama diperhatikan. Bukan saling melempar siapa yang salah dan benar. Namun introspeksi kesehatan tubuh sendiri dan pemeriksaan lebih lanjut, menurut saya tindakan yang tepat, pungkasnya. (*/nno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar