Jumat, 24 Oktober 2014

Birthday In Singapore - (Part 2)

22 Mei 2014.

Jadwal yang sudah kuestimasi, begini…
Jam 1.30 pesawat boarding. Otomatis aku harus tiba di bandara sekitar 1,5 jam sebelumnya, which is jam 11.30. Yang artinya, aku harus jalan 1,5 jam sebelum tiba di bandara. Everybody knows!  Jakarta macet ya kaaaan. Berarti aku benar-benar harus start di jam 9 pagi. Apalagi, rencananya aku benar-benar niat untuk backpacker. Mendapatkan cara traveling dengan budget seminim mungkin. Naik Transjakarta disambung bus DAMRI adalah tujuan utamaku.
Hhhh, rupanya estimasi hanyalah prediksi belaka. Aku terjebak dalam hitungan estimasiku sendiri.

Jam 9 pagi, aku baru keluar dari kos, menuju kantor, yang berjarak 5 menit. Di kantor ada beberapa tugas yang harus aku pindah tangankan sementara kalau ada kebutuhan mendadak. It called "Back Up" to other friend.

Sampai di kantor, bapak produser yang sedang mengerjakan tugas pengambilan VT, meminta bantuan untuk take atmosphere suara tawa audience. Aku diminta ikut sebentar di dalamnya. Yang ternyata harus di take beberapa kali. Tidak cukup 10 menit tentunya. Berkali-kali kulirik jam tangan…waktu terus berjalan. Beberapa menit kemudian baru aku bisa menyerahkan beberapa file untuk take over kepada rekan kerjaku. Akhirnya 30 menit waktuku terbuang di ruang kerja.
Maka, segera aku mempercepat langkah ke shelter busway di Permata Hijau menuju shelter lebak bulus. Oooh maaan…dugaanku tepat. Jakarta macet, tapi kali itu lebih macet daripada sebelumnya. Aaaarrrkkk!!! Ingin teriak pastinya.
Sampai di Lebak Bulus, pukul sekitar 11.30. Oh, My, God! Jauuuh di luar estimasi. Tapi aku tetap harus tenang. Sempat terlintas untuk ngebut naik ojek saja sampai ke bandara. Ah, I won’t give up!

Aku kembali ke niat awal. Maka, langkahku tetap berjalan mencari pool DAMRI. Ketemu, setelah berjalan sekitar 5 menit! Maka naiklah aku ke bus yang sudah standby di barisan paling depan. Kulirik jam, yang menunjukkan pukul 12 kurang 5 menit. APAAA? Bus ini belum juga jalan. Ngetem coooy! Bah! Jadi makin hauuusss…  Beli lah aku sebotol aqua dan dua teh kotak. Rencananya satu teh kotak dan sebotol aqua ini, kuminum nanti saat di bandara sambil menunggu boarding. Kusimpan di dalam tas daypack, lantas kugembok! Jadi kuminum satu kotak teh saja.

Akhirnya bus jalan, sepuluh menit kemudian. Masih…Jakarta masih juara macetnya! Jam 12.30…bahkan bus belum juga masuk ke dalam tol! Gooood… berserah diri sajalah aku. Pasrah! Jam segini…seharusnya aku sudah check-in dan duduk manis di ruang tunggu. Tapi…AKU MASIH DI SINI. Duduk cemas di dalam bus yang masih harus beberapa kali berhenti karena jalanan macet. Sepuluh menit kemudian, akhirnya bus yang menampung lebih dari 40 orang ini MASUK TOL. Ahhh! Aku melirik jam yang jarum panjangnya nyaris menyentuh angka 9. Sungguh kupasrahkan liburanku kali ini pada Tuhan.

40 menit kemudian, Bus sudah masuk ke kawasan Bandara. Aku melirik jam yang sudah mendekati jam boarding. Seperti biasa, masih harus keliling di terminal Cargo. Sedangkan waktu terus berjalan. Sampailah aku di terminal 3, sepuluh menit kemudian. Benar-benar tinggal 2 menit lagi. Dalam hati aku sudah menyerah, tapi langkah kakinya semakin cepat, nyaris berlari.
“Kalau memang harus batal untuk tahun ini, ya sudahlah. Ah! Tapi penginapanku yang sudah susah payah kudapat bagaimana? Bodo amat sama dollar, bisa ditukar lagi… Tapi hostel kan enggak… aduh!”

Datang dengan napas terengah-engah ke counter Air Asia. Aku langsung menyerahkan tiket.
“Ke Singapur, mba.” Kubilang, sambil mengatur napas.
Si petugas (sebut saja ‘mba cantik’) langsung sigap menginput dataku ke dalam sistem komputer mereka. Sedangkan ada petugas lain (laki-laki)  yang sudah siap mengantarku untuk melewati kerumunan orang. Sambil menunggu, mba cantik yang menginput data itu selesai, aku menyiapkan uang boarding pass sebesar Rp 150.000. Mba cantik segera mengetik dengan cepat namun tiba-tiba dia berkata. “Offline.”

Terbelalak rasanya mataku. Lalu dia bicara dengan beberapa petugas Air Asia lainnya untuk membantunya menghubungi petugas di dalam pesawat melalui HT. Sementara dia sendiri berusaha untuk menelepon. “Tangganya sudah ditarik ya?”
Whattt?? Sekelebat aku teringat kejadian tahun 2008 yang mengingatkan aku, pernah ketinggalan pesawat di Bandara Adi Sucipto di Jogja. Agak dilematis, karena aku justru asik nongkrong dan tidak mendengar panggilan keberangkatan.
Seorang petugas laki-laki yang berhaga di area counter pun kudengar bicara di HT, “Tolong jangan ditarik dulu tangganya, Ada satu penumpang yang baru check-in. Penumpang terakhir. Tunggu sebentar.” Itu semakin membuatku panic, tapi bersemangat. Artinya ada harapan! 

Mba cantik itu tampak bernegosiasi. “Iya seharusnya penumpang ini masih bisa check in. Semua data sudah saya input, tinggal enter malah sudah di offline. Masih ada setengah menit. Oke, tolong dibuka lagi, ya. Untuk satu penumpang terakhir tujuan Singapura.” ujarnya agak tegas.

Aku memandanginya terpaku, dalam hati berharap bahwa semua rencanaku tetap berjalan sesuai harapan. 

“Oke, sudah online lagi.” Mba cantik spontan mengkroscek semua dataku, dan kubenarkan, lantas dia meng-enter ke dalam system lalu berkata, “Sudah. Mba bisa masuk sekarang, lebih cepat ya. Sudah ditunggu.” Sambil mengembalikan tiketku.

Petugas laki-laki itu mengawalku dengan langkah terburu-buru sambil memintaku berlari. “Lari aja mba, supaya lebih cepat. Nanti naik ke escalator, langsung pemeriksaan imigrasi ya.” Katanya. Maka aku langsung berlari mengikuti arahan yang ditunjuknya. Seperti di film-film drama. Lari-lari di dalam bandara!

Dia meninggalkan aku saat tiba di escalator. Di tangga berjalan itu pun, kakiku ikut melangkah naik supaya lebih cepat sampai.

Tiba di imigrasi, aku masih masuk ke dalam antrian yang isinya beberapa orang bule, perawakan arab, ada juga yang oriental chinese. Aku melirik jam lagi. Kecemasanku meningkat belipat-lipat. Beberapa menit kemudian, tibalah giliranku menjalani pemeriksaan imigrasi. Kuserahkan pasporku. Lalu petugas imigrasi itu bertanya-tanya soal tujuanku, berapa lama dan bersama siapa. Aku menjawab sesantai mungkin dan tidak menunjukkan kepanikanku soal segera ketinggalan pesawat. Lantas petugas imigrasi terus bertanya.
“Kamu asli Balikpapan?” tanya laki-laki itu.
“Iya. Paspornya kan buatnya di Balikpapan.” Jawabku santai.
“Balikpapan apa kabar? Masih bersih? Masih banyak kilangnya?” tanyanya lagi
Aku agak mengerutkan kening. “Ya Balikpapan baik-baik aja, pak. Ya pastinya kilang masih ada selama masih ada kantor Pertamina di sana.” Jawabku.
“Saya juga aslinya Balikpapan. Cuma sudah lama nggak pulang ke Balikpapan. Sudah hampir sepuluh tahun di Jakarta.” Katanya.
Aku tercengang sementara, spontan aku bolak-balik melirik jam tangan. “Saya juga  sudah lama nggak pulang ke Balikpapan, Pak.” Dalam hati, aku sudah ngomel “Duh paaaak, nggak pentiiing! Saya telaaat!”
Dia tersenyum lalu mengecap pasporku, kemudian mengembalikannya padaku. “Selamat berlibur.”
“Ya, Pak. Makasih.” Sigap aku mengambil paspor dan kembali mengantri untuk pemeriksaan scan fisik.

Tinggal antrian satu orang lagi, tiba-tiba petugas scan dihubungi melalui HT. Aku bisa mendengar suara di HT itu berkata. “Penumpang terakhir Air Asia, perempuan muda, pakai jaket hijau, sudah sampai di mana?” aku merasa. Jelas, aku pakai jaket hijau dan akulah penumpang terakhir tujuan Singapura siang itu. 
Lalu petugas scan itu sadar dengan kehadiranku dan membuka jalur untukku supaya langsung diperiksa. Jalur express namanya! 

Saat pemeriksaan yang terburu-buru itu, tiba-tiba tasku berbunyi. 
Astaga! Apalagi??!!
Petugas keamanan langsung menghampiriku. “Tolong buka tas nya, bu.” Ujarnya.
Aku segera mencari gembok yang kuselipkan di dalam kantong, membuka tas ranselku secepat yang kubisa. Sementara panggilan dari HT terdengar tak sabar menunggu ketibaanku di pintu pesawat. “Satu menit. Sedang pemeriksaan tas, sesnsor bunyi. Mungkin cairan.” Jawab security wanita itu.
Setelah gembok ranselku terbuka, mereka langsung merampas teh kotak dan botol aqua-ku! Ah Shit! Gara-gara dua minuman ini toh! “Ya, ya, ya oke.” Sembari aku mencari cairan-cairan lain yang lebih dari 100ml.

Selang beberapa detik, dua orang petugas bandara yang tampak senior muncul dari arah depan, bicara di HT. “Sudah ketemu. Iya, jaket hijau. Sudah selesai pemeriksaan. Menuju shuttle bus.” Kata satu di antaranya saat aku menoleh pada mereka.

Sementara bapak yang satu lagi menyapaku. “Tujuan #Singapura ya, bu. Sudah ditunggu shuttle bus di bawah.” ujarnya.
“Langsung lari aja, bu.” Petugas yang memeriksaku tadi menyahut.
“Oke.” Sambil berlari, aku menutup ranselku. But, heeey… Aku belum pernah keliaran di terminal 3 ini. Kalaupun sering keliaran, paling-paling diterminal 1, karena itu jalurku pulang kampung.  “Lewat mana?” tanyaku sambil berlari.
“Hati-hati larinya, bu. Lurus terus, nanti ada escalator turun ke bawah, sudah ada bus yang menunggu di sana.” jawab petugas senior itu.
“Oke, pak. Terima Kasih.” Kataku sambil terus berlari. Aku berlari secepat dan sekuat yang kubisa. Makin haus aku dibuatnya! Minumanku direbut pula! Alamak! Pokoknya yang kutahu saat itu, aku harus berlari dan terus berlari, seperti adegan dalam film-film drama action. Sempat terlintas dibenakku, “Berita bagusnya, ternyata terminal 3 ini gede juga ya!”

Oke sip, aku menemukan escalator menurun dan langsung menemukan shuttle bus #AirAsia.  Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk dan bus segera berjalan. Aku adalah satu-satunya penumpang dalam bus! Rasanya dari awal sampai tiba di bus ini, seperti VIP jalur khusus. Hahaha…aduuh, maaf jadi merepotkan banyak petugas  di bandara, ya mba mas pak bu. Saya terima kasih banyak!


Bus berhenti tepat di depan pesawat parkir. Aku segera keluar, tak lupa mengucapkan terima kasih pada driver shuttle bus. “Makasih Paaak,” ujarku sambil melangkah keluar dan kembali berlari menuju tangga sebelum benar-benar ditarik dari pintu pesawat.

Alhamdulillah, liburanku masih bisa dilanjutkan!
Saat petugas yang berjaga di bawah tangga melihatku, dia langsung bicara di HT. “Penumpang terkahir, Jaket hijau, sudah sampai. Oke, aman.” lapornya.
Sambil menaiki tangga dengan langkah cepat, kusampaikan terima kasih pada petugas-petugas #AirAsia itu. Tiba di dalam pesawat, kutoleh sebentar pintu di sebelahku. Ya, tangga pesawat itu, akhirnya benar-benar ditarik menjauh dari badan pesawat. 
Alhamdulillah, liburanku masih bisa dilanjutkan!

Satu hal yang kuinginkan saat tiba di seat-ku, adalah membeli air minum. Hausnya bukan main, akibat berlarian di bandara. You know ya, jualan di dalam pesawat itu mahalnya segimana. Beli aqua botol keccciiillll, 10ribu! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar