Kamis, 23 Oktober 2014

Birthday In Singapore - (Part 4)


23 Mei 2014.
Bangun tidur, say hello dulu sama Keluarga Filipina di sebelah kasurku…
Beranjak mandi dan berniat untuk leha-leha di hostel. Selesai Mandi, saat aku hendak dandan, kusadari bahwa ada seorang gadis berhijab yang bednya tepat di samping pintu dorm. Dia sedang asik membaca peta. Aku menghampirinya. Berharap dia adalah orang Indonesia, karena sudah sejak kemarin aku tidak menemukan orang Indonesia di Singapore ini.
Ketika dia menjawab, dia berbahasa Indonesia dan (sama) dari Jakarta pula. Nah! Ngobrol sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan berdua. Aku yang tadinya cuma mau iseng ke Marina Bay untuk melihat patung #Merlion, malah jadi punya tambahan alternative lain, karena dia mengahakku jalan-jalan. Baiklah... Let’s go, girl!
Karena terburu-burunya, aku sampai tak sempat leha-leha sarapan dan ngopi di roof top. Tak apa, kami segera meninggalkan hostel dan mulai berfoto-foto sepanjang perjalanan. Kami naik MRT menuju vivo city. Dari vivo city, kami melanjutkan perjalanan naik bus. Dia mengajakku ke Henderson waves. Jembatan gantung yang sangat tinggi. Tempat yang sangat cocok untuk melakukan photo pre-wedding. Viewnya bagus.


@rachmanandania - tag : Singapore 2014
di Depan mall Vivo untuk transit Bus

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
harus naik anak tangga ini dulu baru. tinggiii...

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
biar kayak di luar negri gitu. haha.

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
Ini istirahat dulu. setelah naik tangga...capek.

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
Sebelum liat waves benerannya, foto dulu sama Judulnya

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
asri & sejuk
@rachmanandania - tag : Singapore 2014
nah...itu Henderson Wavesnya di belakang

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
Ini dia Herderson Waves yang keren

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
View dari Henderson Waves

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
View (sisi sebelah) dari Henderson Waves

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
Henderson Waves yang bersih
@rachmanandania - tag : Singapore 2014
View nya yang bagus dari atas


























Tadinya pengen banget naik kereta gantungnya. Sayangnya itu harus menempuh jalan kaki lagi, sedangkan awan tiba-tiba mendung. Peraturan utamanya, kalau mendung atau malah hujan, tidak boleh berada di area #HendersonWaves. Makanya kami langsung berlalri pulang. Hahaha. 
It was fun.

Benar, saat kembali ke vivo city naik bus, hujan turun dan jam menunjukan waktunya makan siang. Tepat sekali, kami berhenti di halte area kuliner, tepat di seberang vivo city. Maka kami memutuskan untuk ngaso dulu, karena hujan cukup lebat.

Hhh, banyak makanan memang…tapi ya Everybody Knows bahwa tidak semua bisa dimakan oleh para muslim seperti kami. Kami berkeliling mencari makanan yang pas dimakan kala hujan, seperti kita keliling di area food court saja. Hehe.

Aku belum punya pilihan untuk makan siang, karena banyak sekali menu yang kuduga mengandung (daging) babi. Maka aku lebih waspada dan berhati-hati juga dengan budget di kantong. Gadis itu (Lagi-lagi aku lupa namanya) bilang, dia ingin sekali makan mie kuah panas yang ‘ngebul’. Lalu dia tertarik pada antrian panjang orang yang makan mie bersama potongan daging bersaus kental merah. Nikmat? Ya sepertinya begitu. Aku pun menemaninya, masuk ke dalam antrian. Kupikir, tidak ada salahnya juga mencoba kuliner yang belum tentu kutemukan di Jakarta. Sambil ngantri kami ngobrol, setelah makan ini kemana, tiba-tiba seorang bapak menghampiri kami. Bapak itu bertanya pada gadis di sebelahku ini. “Kalian dari mana?” gadis itu menjawab, kami berdua dari Indonesia. Lalu bapak itu berkata lagi, “Makanan yang di sini tidak boleh kalian makan. Apalagi kalian muslim, berhijab.”  - Dharrr!! Kemudian bapak itu mengucapkan salam dan pergi begitu saja.

Aku dan gadis itu saling pandang, lalu sama-sama melihat antrian paling depan, mengamati seksama lagi menu utamanya. Memang tidak dikatakan langsung tidak halal, tapi dengan tulisan berbahasa cina nya dan bentuk daging yang tampak asing bagi kami itulah yang akhirnya menguatkan asumsi kami, bahwa semua makanan dalam antrian ini mengandung babi. Dan kami memang harus pergi dari area ini.

Sambil menahan tawa, kami duduk di meja dan memesan minuman teh tarik. Enak loh, mungkin karena letaknya di Singapore aja kali ya maka nya enak, haha. Sambil ngobrol lagi, kami sangat yakin bahwa kami kelaparan, akhirnya kami bergantian untuk mencari makanan pilihan masing-masing. Dia memesan nasi goreng berbumbu merah. Persis, seperti yang kumakan saat tiba di Negara ini semalam. Dan aku tidak begitu suka.

Akhirnya aku melirik kios makanan milik orang Pakistan. Sepertinya muslim…iya lah, bapak itu tampak berbaju gamis dan menggunakan peci di kepala. Judul menu kiosnya pun bertuliskan bahasa arab. Aku pesan sop iga. Kental dagingnya lumayan banyak. Sebelum kutanya, bapak itu bilang. “Ini halal, daging sapi.” Aku tertawa, “Thank you sir, I believe on you.” Sambil meracik, si bapak mencoba bertanya-tanya padaku, ramah sekali. “Dari mana?” tanyanya menggunakan bahasa melayu, namun tetap dengan logat timur tengah. “I am Indonesian.” jawabku. Dia menatapku sebentar lalu tertawa, “Banyak wanita cantik di Indonesia. Termasuk kamu, nak.” ujarnya dengan bahasa inggris. Aku tertawa lagi. Setelah jadi aku bertanya, tidakkah kiosnya punya nasi? Atau karbohidrat yang lain? Lalu bapak itu menawarkan aku, “Roti? Mau? Ini enak. Kamu pasti suka.” Dia langsung memotong roti kering (bukan roti cane) dan diletakannya di piring kecil. Tadinya aku hanya mau sedikit saja, 3 atau  potongan kecil saja, namun ditambahkannya jadi banyak. Entah jadi berapa. Katanya “Bonus”.  Hahaha. Baik sekali Bapak itu. Akhirnya aku membagi makananku pada gadis yang bersamaku. Ah sebut saja Aisa ya. Haha. Dia juga bingung, ada sop iga…makannya pakai roti kering. Enak juga, kata kami.

Hujan reda, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Chinatown, naik MRT. Saat di dalam station train, rupanya isi di dalam NETS-ku tidak cukup, sehingga pintu buka-tutup otomatis itu tidak mau terbuka. Aisa menawarkan Ez-Link nya agar aku bisa masuk, tapi sayangnya si pintu otomatis itu hanya melayani 1 kali buka tutup. Benar saja, karena itu akan kontiniti sampai ke station tujuan baru bisa saldonya terpotong otomatis. Keren. Traffic seperti yang sangat perlu diterapkan di Jakarta, bahkan di seluruh kita di Indonesia. Alhasil, aku harus me-refill NETS card untuk melanjutkan perjalanan. Refill nya di mana? Gampang…bentuknya seperti mesin atm, letaknya di pinggir koridor. Petunjuk pengisiannya juga mudah seperti kita beli minuman kulkas di pinggir jalan. Uangnya kertasnya jangan lecek. Hehe.

Kami pun berangkat, sampai ke #Chinatown. Saat tiba, suasananya seperti mendadak tiba di Negara China. Wajah oriental bertaburan di sini. Banyak ornamen berwarna merah-kuning, lampion yang tergantung cantik di langit-langit, gambar barongsai juga kuda panglima perang.

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
baru sampe dari MRT ChinaTown

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
pemandangannya bagus

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
Ornamen Chinese-nya seru

@rachmanandania - tag : Singapore 2014
gaya dulu di depan Station MRT
@rachmanandania - tag : Singapore 2014
China Town's View
Kami putuskan untuk memulai hunting oleh-oleh. Banyak sekali pernak-pernik yang bagus dan unik. Kalau tidak berhati-hati menghitung budget, bisa lupa diri. Hahaha. 
Dan aku berusaha mendisiplinkan diri untuk tidak membeli barang-barang yang tidak perlu. Hanya membeli beberapa T-Shirt Singapore, Tas tangan dan boneka Merlion Singapore (untuk Ajun, keponakanku) untuk oleh-oleh. 

Lalu kami jalan-jalan lagi menyusuri Chinatown. Banyak makanan yang sangat menggugah lidah. Ada juga makanan kering yang bisa dijadikan oleh-oleh. Kopi dan teh nya juga cukup menggida saat tak sengaja kami melihat antrian orang memesan.  Lalu kami teringat kejadian makan siang tadi. Bukan area aman…haha.

Hari hampir sore, sementara masih ada beberapa tempat yang ingin sekali dikunjunginya. Apalagi aku yang tujuan utamanya adalah Patung Merlion di Marina Bay. Maka kami memutuskan “geser” ke Little India. Hihi. 

Lagi, naik MRT. Kami menuju #LittleIndia, mencari candi yang bentuknya unik dan niat berfoto. Sampai lah…

Menunggu MRT

Sekitar station MRT Little India

Aww. Shahrukh Khan... cakep.
Suasananya sangat berbeda dengan Chinatown. Bertaburan wajah-wajah hitam manis India di sini. Hahaha, yaiyyalaaah... kami jalan kaki menyusuri pasar dan mencoba membuka peta lagi. Lalu ada sepasang suami istri menghampiri kami. Yang istri berhijab panjang dan suaminya berbaju koko. Suaminya bule, rambutnya blonde dan tampak seperti mualaf, karena tidak bisa 
berbahasa Indonesia seperti bahasa Istrinya. Sang istri menanyakan alamat pada kami, namun kami tidak tahu persis bagaimana caranya sampai ke tujuan yang dia maksud. Akhirnya kami sama-sama membaca maps. Setelah itu, mereka pun mau mencoba. Haha, muda sekali pasangan suami istri ini. Seperti pengantin baru, jadi pengen. Hahaha. Kami berpisah dengan mereka. 

Aku dan Aisa jalan-jalan lagi, mencari lokasi candi itu. Setelah berkeliling, tidak ketemu juga. Hhh seperti belum berjodoh untuk berfoto. Baiklah, kami pun memutuskan untuk “geser” lagi. 

Sambil nunggu MRT, foto dulu!

Nunggu MRT datang, gaya baca-baca dulu

Akhirnya, kami menuju Marina Bay.
Lumayan jauh juga perjalanannya. Hehe. Karena setelah turun dari MRT, kami harus jalan kaki keluar gedung, lalu jalan kaki lagi menyusuri sungai, lewatin hotel mewah “Fullerton”,  lalu jalan kaki lagi masuk ke dalam terowongan, lalu jalan kaki lagi di sepanjang area bawah jembatan, lalu naik tangga…jalan kaki lagi baru kami bisa benar-benar menemukan patung Merlion. Kami tetap harus turun tangga lagi dan jalan kaki lagi. Capek…tapi terbayar. Ramai sekali. Ratusan orang tampak niat berfoto dengan latar belakang merlion ini, termasuk aku dan Aisa.


kayak di pinggiran Italia nih. bagus view nya

ini peninggalan sejarah dibangunnya Singapore, katanya

ini juga jembatan bersejarah, katanya

"Dasar anak-anak..," -haha

ini sepenggal cerita tentang Singapore

Jalan kaki, makin pengen cepat sampe ke Marina Bay

Fullerton Hotel yang terkenal megahnya

Makin dekeeeet...

Kapaaaan Indonesia bisa rapi begini ya

sedikit lagi sampeee ....

Esplanade yang biasa buat konser itu loooh. 
Kayak Duren montong
keliatan...keliatan

bagus tanamannya. supaya ngga gersang jalanannya

Hai ... Merlion!

foto dulu, supaya ngga hoax

akhirnya sampe juga ...

foto terus begini ,,, sempet ketemu Billy (adeknya Olga)

Aku di Singapore, ayah ...

Aku di Singapore, Ibu ...
ini dia yang menemani aku di Singapore



ini toooh Marina Bay
Kios Candy & Chocolate


Setelah puas berfoto, kurasa sudah cukup. Jadi, mau diajak pulang pun…aku setuju. Mau diajak jalan lagi pun aku setuju. Yang jelas, aku lapar. Haha. Dalam perjalanan pulang, aku melihat kios cokelat and candy, jadi aku mampir untuk beli oleh-oleh dibawa pulang besok. Kami berdiskusi sebentar. Aisa bilang, dia masih ingin naik sight seeing, roda berputar untuk melihat Singapore dari ketinggian. Dan itu memakan SGD 30. Dia mengajakku, tapi aku menolaknya. Maka, aku bilang padanya… naiklah sendiri, aku tunggu di bawah. Dia menyetujui keputusanku. Maka kami janjian untuk ketemu lagi di pinggir river.


Di sini aku merenung, berdoa, bersyukur di hari ulang tahunku

Hari pun gelap. Aku duduk sendirian. Memandangi Marina Bay...Sungainya dan bias cahaya di air…bangunan kapal yang tinggi itu, lampi-lampu yang mulai dinyalakan dan patung merlion dari kejauhan. Terdengar alunan musik live performance di setiap sudut. Dan tiba-tiba aku merasa di sini menjadi tempat paling indah sepanjang hidupku. Ya, ini adalah hari ulang tahunku. 23 Mei yang ke 27 kalinya. Airmataku sempat menetes saat kuingat almarhum Ayahku. Semoga beliau turut merasakan kebahagiaanku saat duduk merenung di sini.

Lampu malam yang paling kusuka, di sudut ini paling keren!

Tahun 2014 ini, adalah ulang tahun terindah yang pernah kubuat untuk diriku sendiri.
Ulang tahun tanpa siapa-siapa.
 Tidak ada orangtua yang mendampingiku, tidak ada lawan yang mengusikku, tidak juga ada sahabat yang bergandeng tangan bersamaku.
Ini yang kuinginkan untuk saat ini.
Menyepi.
Menikmati hari ulang tahun, mandiri, sendiri.
Tidak ada rasa takut, tidak juga rasa kesepian.
Aku bisa berbincang dalam kesunyian hati, mengadu pada Tuhan dan Malaikat, di bawah langit bertabur bintang, di tengah keterasingan, khidmat bersyukur kepada Allah swt, bahwa aku masih bisa berdiri tegak, meski ujian hidup berkali-kali menggodaku untuk mati tersungkur.
Menyerah tidak boleh semudah itu. Semakin kuat angin berusaha menjatuhkan, maka semakin kencang tawa yang wajib kubuat.
Karena, di balik badai yang diberikan Tuhan dalam hidupmu, pasti ada ajaran hidup bahwa kita tidak boleh menyerah begotu saja. Tuhan menyiapkan “hadiah” dari setiap ujian yang diberikanNya.
Sekali lagi. Selamat Ulang Tahun, Neno.
Salam rindu kutitip lewat angin, kepada orang-orang yang kusayang.
###

Nyaris dua jam kemudian, Aisa pun kembali. Kami menuju jalan pulang ke hostel, berniat makan malam. Kami tiba di station Bugis. Lalu, kami mampir ke pasar oleh-oleh mengingat aku harus kembali ke Tanah Air besok siang. Aku membeli cokelat kiloan. Dan kulihat Aisa ingin sekali membeli makanan ringan sejenis D’crepes. Sambil bercanda, kubilang padanya “Yailah…kayak gituan, pulang aja ke Jakarta.” Lalu kami tertawa dan melanjutkan “Liat-liat”. Aku sungguh lapar, tiba-tiba ingin sekali mengantri di sate sosis yang dibakar. Saat mengantri, tiba-tiba Aisa bilang, “Yailah…tempura gituan, pulang aja ke Jakarta.” –Hahahhaha. Baiklah kami menjauh. Kami memang berniat, tidak membeli makanan yang bisa kami temukan di Jakarta. Maka, kami pun melanjutkan jalan pulang ke hostel. Kami hanya meletakkan tas dan barang belanjaan di bed, lalu keluar lagi.
Kami putuskan untuk makan di dekat area hostel. Aku penasaran bagaimana rasanya Laksa Singapura, sementara Aisa memesan nasi…apa ya, aku lupa. Pokoknya kami makan enak dan tetap hemat.
Image
Aisa mengajakku jalan-kalan besok di Haji Lane dan Orchard. Tapi aku nggak begitu ingin ke sana. Jadi, kutolak. It’s okay, karena aku yakin, kapan-kapan aku bisa mampir ke Singapore lagi.


24 Mei 2014.
Bangun tidur, aku mandi dan memenuhi hasratku untuk leha-leha di roof top. Breakfast dan ngopi. 

Good Morning, Singapore

Breakfast di roof top














Sempat, aku meninggalkan buku karya terbaruku yang berjudul “Catatan Tentang Cinta” di rak buku di ruang tv. Buat kenang-kenangan, siapapun yang menemukan dan membacanya. 







Sudah jam 11, aku berkemas, langsung menuju bandara Changi Airport, kembali ke Indonesia. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar