Sabtu, 26 Maret 2011

Pelangi Jiwa

Tertawa kurasa bimbang
Menangis terasa kering
Berkaca seperti asing
dan bahkan,
Bicara seolah bising.

Aku ingin sendiri,
Aku ingin duduk di hamparan pasir pantai putih yang lembut,
Dan kemudian bernyanyiku bersama hembusan nafas pantai,
Bosan aku dengan kemunafikan dunia.
Terlalu banyak janji manis,
Sampai basi datang karena tak kunjung nyata.

Aku ingin sepi,
Aku mau semua orang duduk diam di belakangku,
Menjaga dan memperhatikan aku sampai tiba waktuku lelah dan tersandar.
Ketenangan ini kutunggu dan kuresapi,
Menanti harap cemas sampai kau datang dan membawaku pulang,
Kembali pada singgasana sederhana yang kau cipta hanya untukku.

Seperti Pelangi Jiwa kurasa,
Merah ku marah,
Jingga ku dahaga cinta,
Kuning ku riang,
Hijau ku damai,
Biru ku bijaksana,
Nila ku galau,
Ungu ku sepi,
Dalam Pelangi Jiwa aku bernyanyi,
Bersenandung riang dan galau menyelipkan namamu di dalam bait, sesekali

Bersamaku kamu bisa,
Tanpaku kamu memang bisa, tapi aku tidak begitu yakin bahwa benar-benar bisa.
Doa dan cinta tulusku adalah nafas untuk arahmu,
Meski kau sangkal beribu kali, aku tetaplah doa dan cinta dalam nadirmu.
Meratap dan menangislah,
Maka setelah itu aku akan datang di atas pelangi cinta,  menemani jiwamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar