Senin, 23 Juli 2012

Puisi Malamku


Mengingatmu menghanyutkanku pada luka, tak tersentuh, tertelan dalam arena jantungku, yang hingga kini hanya bisa terdiam

Sepi ini hadirkan rindu yang tak terjamah. Hanya ada bayang semu yang sampai kini menggerogoti batin saat mengingatmu

Bila rinduku tak jua sampai pada peraduan semestinya di hatimu, maka biarkan saja asaku tumbuh meski hanya harapan kosong

Kadang kupikir kamu adalah belati kiriman Tuhan yg ditujukan padaku, menyayat nadiku sambil tertawa melihatku histeris

Kupikir juga kamu adalah malaikat cinta dari Tuhan yg mengajarkan aku tentang jatuh dan bangkit berdiri berontakkan keputus-asaan

Kurasa malam yang kini hadir selimuti sepi dan hiasi rinduku adalah siksaan baru, hukuman atas kelancanganku mengharap tentang kita

#PuisiMalam


Aku dan Momo




Mungkinkah kamu tahu, sejak pertama kali aku merasakan sesuatu yang aneh, adalah ketika kita dipisahkan di lantai kerja yang berbeda, antara lantai 3 dan lantai 8? Di sana pertama kali aku merasakan kecemasan saat jauh darimu. Bahkan aku sendiri tidak tahu jawabannya. Hanya diam dan berusaha meredakan pikiran.

Mungkinkah kamu tahu, gombalan yang kulontar untuk kamu adalah ungkapan kebingunganku pada perasaanku sendiri tentang kamu? Pikirku, hanya dengan cara itu pikiranku sampai padamu dan berharap mengalihkan rasa yang terjadi. Bahkan aku sendiri juga tidak tahu jawabannya. Hanya diam dalam kebingunganku dan bersikeras melawan rasa.

Mungkinkah kamu tahu, ternyata aku sangat lemah menyembunyikan sesak nafasku saat berada di dekatmu, merasa seperti kejatuhan setitik pelangi saat melihatmu tersenyum, dan gelisah saat perempuan lain menatapmu dengan makna? Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan aku sendiri pun tidak tahu jawabannya. Karena kupikir dan juga pikiranmu, kita hanya berteman, tidak lebih.

Mungkinkah kamu tahu, semakin hari aku merasa semakin tersiksa menjelang tutup tahun, di tahun lalu? Bahkan aku sendiri tidak tahu jawabannya. Maka aku hanya bisa menatapmu menghampiriku, melihat senyummu di antara tawa bersama teman-teman yang lain, mendengarkan dengan baik tawa dan perkataanmu di sela perbincangan canda tawa kita.

Mungkinkah kamu tahu, ada rasa cemburu yang begitu hebat saat aku mendengar kamu membicarakan perempuan lain? Bahkan aku sendiri tidak tahu jawabannya. Maka aku hanya bisa ikut tersenyum dan tertawa bersama kalian di balik secuil goresan di ulu hatiku. Sakit dan ingin meronta? Iya. Tapi aku selalu bisa tersenyum dan bersikeras bahwa 'tidak ada apa-apa di antara kita'.

Mungkin selama ini pun, rasa yang ada padaku, hanya sekedar mimpi seorang gadis dungu yang berusaha berbuat baik untuk semua orang, termasuk melakukan hal yang tidak biasa bagi lelakinya, sementara luka merongrong jantung dan otak kecil, dan aku masih menteaterkan semua itu dalam senyum dan tawa riang.

Rentetan kisah dan cerita yang tercipta disutradarai oleh malaikat dan didirektori oleh Tuhan, adalah naskah hidup yang kadang kurasa bahwa 'kenapa aku selalu jadi peran protagonis?' Yang begitu cengeng, labil, dan na'as.

Aku yang pernah terjatuh, merasai luka, dan paranoid atas hela nafas beridentitas cinta, merasa 'jika bukan aku yang memulai untuk bangkit, lalu siapa? Setan?'
Lihat dan dengarlah, bahwa yang pernah terjatuh, luka, dan nyaris putus asa di genangan masa lalu, bukan hanya kamu. Bahkan, tidak semua orang juga yang kamu temui di jalan punya masa lalu yang pahit. Itu yang kemudian kunamakan HOSYT. Hati Orang Siapa Yang Tahu. 

Dan yang pernah terluka, bukan cuma kamu ... Tapi kita.
Dan yang pernah nyaris mati dalam rasa, bukan cuma aku ... Tapi kita.
Lantas kita tidak mungkin mati bersama dalam kebodohan yang luar biasa.
Seperti katamu, saat kamu terluka maka aku yang mengobati dan saat aku terluka kamu yang akan mengobatiku. Kamu berangan menemaniku ... Agar salah satu di antara kita yang kemudian akan menjaga siapa yang tertatih.

Apa kamu masih mau bilang, "Hanya ingin berbuat baik" ... ketika aku benar-benar membutuhkan sosok seperti kamu?

Apa kamu masih bersikeras bilang, "Don't think too much, just make it simple" ... Ketika kamu dan aku merasa terjebak di dalam dilema perasaan kita sendiri?

Apa kamu masih mengeraskan urat bicara, "Jangan bahas tentang cinta karena aku sedang tidak mau membahas" ... Ketika sebenarnya aku membutuhkan kejelasan tentang 'Kita'?

Apa kamu masih ingin berkata, "Siapa yang akan menemani aku makan pisang bakar?" Atau "Aku yang akan mengobati lukamu" dan "Aku yang akan membetulkan kembali kerusakan hatimu" ... Sebagai larangan bagi dirimu sendiri untuk merindukan aku?

Apa kamu masih saja mempertahankan pada semua orang bahwa kita "Cuma berteman" sementara kamu sendiri tahu, aku sayang padamu, dan aku merasa kamu berikan harapan yang indah?


Sampai kapan kamu akan terus begitu?
Apa mungkin ... 
Setelah aku benar-benar pergi dan menghilang ...


"If you love something, let it go. If it comes back, means it's yours. If it doesn't, it never really was in the first place."