Sabtu, 01 Oktober 2011

Sketsa Bocah Jalanan


Ini bukan cerita dari negeri antah berantah. Ini adalah pemandangan yang kita saksikan sehari-hari. Jutaan anak usia sekolah menggelandang di perempatan jalanan, di emperan toko, di jembatan penyeberangan dan di sudut-sudut kota yang kumuh. Wajah mereka terlihat kuyu dengan kulit dekil dan baju kumal.

Tidak ada data pasti berapa jumlah mereka. Data tidak resmi menyebut angka antara 8 juta hingga 12 juta anak usia sekolah kehilangan kesempatan menimba ilmu karena hidup di jalanan.  Umumnya karena masalah kemiskinan. Hanya sebagian kecil yang menjadi anak jalanan akibat masalah sosial dalam keluarganya.
Lepas dari benar atau tidaknya angka tersebut, kehadiran anak usia sekolah di jalanan membuat semua orang merasa miris. Dalam usia yang masih sangat belia, anak-anak jalanan itu hidup dengan risiko kesehatan dan keamanan yang luar biasa tinggi.

Bocah-bocah kecil dipaksa oleh lingkungan hidup yang keras untuk bekerja tanpa kesempatan belajar sedikit pun. Sebagian dari mereka menjadi pengemis, pemulung, pengamen bahkan juga menjadi penjaja seks oleh sebuah sindikat perdagangan anak.
Jalanan bukan tempat terbaik buat anak-anak. Namun kemiskinan hidup memaksa mereka untuk hidup dengan kondisi buruk itu. Bila tidak ada perhatian untuk mengatasi masalah ini, 8 juta atau 12 juta anak jalanan ini akan menjadi masalah besar pada 15 atau 20 tahun lagi, ketika mereka sudah memasuki usia angkatan kerja.
Bekal pendidikan dan keterampilan yang terbatas akan membuat mereka tidak bisa bersaing. Maka tetap hidup di jalanan akan menjadi pilihan satu-satunya bagi mereka untuk mendapat uang secara cepat dan mudah. Memang tragis. Tapi itulah kehidupan nyata di sekitar kita!


                                                                     - Joko Intarto -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar