Sudah dua hari
mimpi ayah.
Peluk dan senyumnya masih sama seperti dulu.
Tidak ada yang berubah.
Sampai malam ini aku cemas tidur.
Takut rindu ini semakin menyiksa hatiku.
Sungguh aku merindunya, Tuhan.
Atau aku yang teramat lemah?
Sampai menahan airmata yang ringan saja aku tidak sanggup.
Peluk dan senyumnya masih sama seperti dulu.
Tidak ada yang berubah.
Sampai malam ini aku cemas tidur.
Takut rindu ini semakin menyiksa hatiku.
Sungguh aku merindunya, Tuhan.
Atau aku yang teramat lemah?
Sampai menahan airmata yang ringan saja aku tidak sanggup.
Rindu
melukis hujan di antara senja yang cerah.
Rindu
menghirup lembabnya angin pertanda hujan tiba.
Rindu
gemericik air yang berlomba jatuh ke atas pasir seperti riak anak-anak
berlarian dan tertawa bahagia.
Rindu
pelangi yang selalu datang setelah hujan membadai.
Masih
adakah harapan untuk mengecap rindu yang kurasa mulai sirna bersama langit
hitam itu?
Pegang
tanganku, Ayah.
Tegakkan
punggung dan kakiku.
Rindu
untuk kita tak pernah habis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar