Selasa, 02 September 2014

Rindu Untuk Ayah




Sudah dua hari mimpi ayah.
Peluk dan senyumnya masih sama seperti dulu.
Tidak ada yang berubah.
Sampai malam ini aku cemas tidur.
Takut rindu ini semakin menyiksa hatiku.
Sungguh aku merindunya, Tuhan.

Atau aku yang teramat lemah?
Sampai menahan airmata yang ringan saja aku tidak sanggup.

Rindu melukis hujan di antara senja yang cerah. 
Rindu menghirup lembabnya angin pertanda hujan tiba. 
Rindu gemericik air yang berlomba jatuh ke atas pasir seperti riak anak-anak berlarian dan tertawa bahagia. 
Rindu pelangi yang selalu datang setelah hujan membadai. 
Masih adakah harapan untuk mengecap rindu yang kurasa mulai sirna bersama langit hitam itu?

Pegang tanganku, Ayah. 
Tegakkan punggung dan kakiku. 
Rindu untuk kita tak pernah habis.



Selamat Ulang Tahun, Ayah  (29/08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar