Latih
Kepekaan Anak Tunanetra Mulai Dari Perabaan Sampai Penciuman
Mata
adalah indera untuk melihat dunia. Dengan mata, seseorang bisa
menikmati pemandangan sekitar, membaca dan menyerap ilmu pengetahuan,
menyaksikan banyak peristiwa dan mengagumi keindahan alam.
Siti
Kasimi (32) mengakui bahwa komunikasi dengan anak perempuannya
bernama Ita, cukup baik. “Selama 14 tahun, komunikasi memang
terhambat pastinya. Hanya saja karena saya bertemu setiap hari dan
memenuhi kebutuhannya, jadi sudah terbiasa.” ujarnya.
Ketunanetraan
ini, berimplikasi langsung pada kemampuan penyandangnya dalam
mengakses informasi. Hilangnya indera penglihatan akan membawa
berbagai dampak, baik secara mekanis maupun psikologis. Indera
penglihatan merupakan indra pemadu segala rangsang yang diterima
individu.
Siti
menceritakan sekilas mengenai penyebab putrinya mengalami gangguan
fungsi indera. “Dulu, anak saya lahirnya prematur. Sembilan bulan,
namun berat badannya tidak sampai 2 kilogram. Kata dokter, dia harus
diinkubator, maka saya menurut. Selama dalam inkubator, rupanya suhu
udara di dalamnya terlampau panas. Sehingga berpengaruh pada retina
matanya. Sementara kan, bayi prematur itu organ-organ inderanya masih
sangat lemah ya,” kata Siti.
Tidak
berfungsinya indera penglihatan, akan cenderung memfungsikan indra
pendengaran dan perabaan secara intensif. Kondisi indera yang
demikian, akan membawa dampak pada layanan pendidikan, khususnya
dalam aspek pengolahan informasi bagi penyandang tuna netra.
Untuk
belajar membaca dan menulis,
umumnya anak-anak penyandang tunanetra menggunakan huruf braille.
Namun,
bagi kebanyakan orang,
pastilah sulit untuk memahami tulisan mereka tanpa memiliki
pengetahuan dasar braille.
Sehingga, teknik pengajaran bagi siswa Tunanetra, di SLBN adalah
kepekaan. Mulai dari melatih kemampuan taktual atau perabaan,
bau-bauan, berjalan bersama pendamping, lalu mulai berjalan tanpa
pendamping. Setelah itu mulai berjalan sendiri menggunakan tongkat
putih. Barulah kemudian dia mulai jalan sendiri dari jarak yang
paling dekat, sampai ke tempat umum, papar Mulyono.
Tidak
bisa melihat bukan berarti tidak bisa melakukan apa apa. Apalagi
tuntutan dunia saat ini dengan berbagai kemajuan teknologi, maka
keterbatasan fisik tidak harus menjadi sebuah halangan yang berarti.
Buta
bukan berarti pasrah. Mengeluh pun memang wajar. Namun, tidak berbuat
apa-apa, bukanlah hal yang disarankan. Tunanetra, merupakan sebuah
jendela, agar kita berusaha lebih baik dan bersyukur pada apa yang
kita miliki. (*/nno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar