Minggu, 09 Desember 2012

Bukan Public Relation Biasa


Kiki Eka, Public Relation Officer Blue Sky Hotel Balikpapan, Bukan PR Biasa

Mendalami Modeling sembunyi-sembunyi, sampai membangun Sekolah Modeling Sendiri

Menelisik sisi lain seorang Public Relation Officer Blue Sky Hotel, perempuan berpostur ramping, berambut panjang, dengan logat jawanya yang khas. Tatanan giginya yang rapi memperindah senyum manisnya, melengkapi pula keramahan tuturnya. Dia bernama Kiki Eka, yang akrab dikenal dengan sebutan Kika, yaitu paduan nama panjangnya.

Kika bukan hanya seorang Public Relation (PR) Blue Sky. Dia adalah seorang model yang masih eksis di kancah dunia entertain. Foto-fotonya sering kali terpampang di situs jejaring sosial, hasil beberapa komunitas fotografi Balikpapan, seperti . “Kalau ada komunitas yang ngajak foto, saya masih available. Asalkan di saat weekend, Karena weekdays kan saya konsisten sebagai PR,” terang Kika.

Dari kisah yang dituturkan Kika, saat di kunjungi kaltim post kemarin (29/11) di Piano Lounge, Blue Sky, Balikpapan Utara. Dunia modeling memang sudah dicicipnya sejak masih duduk si bangku sekolah dasar saat di Mojokerto. Ia berhasil mengumpulkan piala prestasi berlenggak-lenggoknya di atas panggung, tidak tangung-tanggung sebanyak 13 piala, sejak kelas 3 sampai kelas 6. “Kelas 3 SD aku disekolahkan modelling oleh orangtuaku, sambil les tambahan pelajaran juga. Sampai aku merasa eksis dan nyaman, kira-kira tahun 2000, aku berhenti,” kata Kika tiba-tiba.

Rupanya, perjalanannya sebagai seorang model, tidak semulus yang dibayangkan oleh orang awam pada umumnya. Semakin menyelami sisi lain seorang Kika, disebutkannya, bahwa mendadak orangtuanya ingin anak pertama dari dua bersaudara itu berhenti di dunia modeling. “Mereka ingin aku fokus dan menunjukkan prestasi di bidang akademik. Mereka meminta supaya aku meninggalkan dunia model, yang sudah sangat aku cintai,” kata Kika sambil tersenyum. Mimik wajah sedihnya saat mengisahkan ulang masa lalunya, tidak juga dapat menutupi matanya yang berkaca-kaca.

Kata perempuan kelahiran Mojokerto, 29 Juni 1989 ini, saat ia mulai SMP, beberapa tawaran lomba modeling datang di saat ia dipaksa berhenti oleh kedua orangtuanya. Katanya, dengan perasaan sedih dan kecewa ia tidak dapat mengikti lomba-lomba tersebut. Ia bercerita bahwa selama beberapa tahun dia harus mengubur mimpinya menjadi seorang model professional.

Lulus SMA, Kika mengambil kuliah di universitas Airlangga Surabaya di tahun 2007. Berjauhan dengan orangtua, Kika kemudian nekat kembali ke dunia modeling untuk mengobati kerinduannya. Saat ia mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Sinematografi di kampusnya, ia melihat sebuah peluang di koran Jawa Pos. Dirinya kemudian memberanikan diri, untuk menjadi Miss Kampus se-Jawa Timur. Kika berhasil masuk 20 besar dari 80 peserta, hingga masuk ke grand final. “Aku undang orangtuaku, lalu dimarahi. Sedih itu pasti,” terang istri dari Dimas Adi (30) karyawan swasta.

Tak pantang menyerah, Kika masih saja bersikeras menggeluti dunianya yang sudah melekat pada panggung catwalk, fashion, dan kamera. Akhirnya Kika melanjutkan kecintaan tersebut sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan orangtuanya. Dengan modal bakat dan keseriusannya di dunia panggung tersebut, ia banyak didukung oleh teman-temannya dan pihak Agency. “Aku mendalamani modeling di Agency Surabaya, dengan biaya sendiri, itu pun nyicil. Aku sisakan uang jajan dari orangtuaku, tabunganku, dan uang tambahan lain, supaya aku bisa sekolah itu,” kata perempuan pecinta sekaligus kolektor pernak-pernik kupu-kupu ini.


Kika mengaku, dia bisa meraup untuk yang lumayan dari hasil pekerjaannya bergaya di atas panggung. Sambil memenuhi tawaran promo fashion oleh para designer terkenal di Surabaya, dia terus menyelesaikan sekolahnya sampai pada tahap Advanced atau level 3, tentu saja bukan biaya yang sedikit. Disebutkannya, jika di Jakarta terkenal dengan Jakarta Fasion Week, maka di Surabaya dikenela dengan Surabaya Fashion Parade. “Waktu itu aku ikut bridal (Fashion busana pernikahan) di sana dan digandengkan oleh Klien, bersama Alexandara Gotardo,” ungkap Kika.

Perempuan berambut ikal tersebut juga mengatakan, aktivitasnya terus dikembangkannya, mulai dari fashion catwalk, foto untuk majalah, fashion hairstyle, sampai fashion bodypainting. Dikisahkannya, ia tak pernah berhenti berlatih mimik wajah, akting di atas pangung, sampai beragam teknik untuk semakin merasai level professional. “Tinggiku 170 cm, dengan berat badanku yang sekarang 48 kilo, kadang-kadang masih ada beberapa Designer yang masih minta aku untuk diet 3 sampai 4 kilo. Dan memang mereka berani bayar lebih,” ungkap dia.

Juni lalu, Kika baru saja menyambangi kota Balikpapan hingga kini. Karena katanya, harus mengikuti suami pindah tugas kantor. Ia mengaku, meski sebelumnya sudah diberi kabar bahwa Balikpapan merupakan kota dengan orientasi bisnis, kita tak genatar. Ia tetap maju terus untuk mencari celah, memenuhi hasrat modelingnya, di dunia entertain. “Aku cuma berusaha bagaimana cara, jiwa aku di dunia yang sudah terlanjur melekat ini, tidak terkubur begitu saja,” imbuh Sulung, pasangan Suprapto (50) dan Rahayu Ningsih (45), asli Jawa Timur ini. Akhirnya, mau tidak mau, orangtua Kika sudah mulai “lunak”, untuk membiarkan Kika menggeluti dunianya.

Kenekatan yang dilakukannya hingga kini, sambil konsisten sebagai seorang Public Relation Hotel cukup ternama di kota minyak. Hanya saja, kini ia lebih menerima tawaran jika di waktu sabtu dan minggu. Untungnya, sang suami mendukungnya penuh, bahkan mengijinkan istri yang baru dinikahinya setahun lalu itu, untuk membuka Kika's Modeling Class. Sekolah model bagi anak-anak yang berminat di dunia fashion, foto model dan catwalk. Kini, Kika sudah punya 8 murid remaja berbakat. “Aku maunya, mereka punya potensi. Mereka jangan sampai putus harapan di tengah jalan. Kalau ada yang niat ingin jadi model, aku bersedia untuk menjadi tentor,” pungkasnya tegas. (*/nno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar