Mengenali Masalah Kesehatan dan Kesuburan Suami-Istri
“Jangan Buru-Buru Memvonis Pasangan Infertil”
Jika ada pasangan suami-istri yang
sudah lama menikah namun belum dikarunia anak, bisa jadi salah satu
dari mereka mengalami infertilitas atau ketidakmampuan menghasilkan
keturunan. Bisa dari sang istri atau suami.
Infertilitas
kerap diartikan keadaaan di mana seorang istri tidak mengalami
kehamilan setelah menikah tanpa penggunaan kontrasepsi atau program
kehamilan sebelumnya. Pada ilmu kedokteran versi lama menyebutkan
bahwa seorang perempuan ditentukan mengalami infertil jika dalam
kurun waktu 1 tahun tidak hamil. Namun dalam ilmu kedokteran baru
yang dipakai oleh Siloam Hospitals adalah 2 tahun.
“Memang
masih ada beberapa rumah sakit yang menggunakan prinsip 1 tahun,
namun kami menggunakan konsep yang 2 tahun. Karena kami harus
memeriksa dulu, penyebab utama, baik dari istri atau suaminya,”
terang dr HMD Ervintiyanto SpOG dari Siloam Hospitals.
Masyarakat pada
umumnya, kurang memahami apa itu infertilitas, atau yang biasa
dikenal sebagai bahasa awam adalah kemandulan. “Ini
yang sering kurang dipahami masyarakat. Suami-istri yang tinggalnya
berjauhan, seperti kerjanya di “lokasi”
dan istrinya lama tak kunjung hamil, kemudian divonis mandul. Jangan
buru-buru menilai segampang itu,”
kata Ervin, sapaan akrabnya. “Jadi
infertil bukan berarti mandul selamanya. Periksa dulu.”
Dikatakan dokter
spesialis kebidanan dan kandungan ini, infertilitas terbagi atas dua
jenis, primer dan sekunder. Diterangkannya, infertilitas primer yakni
istri belum pernah hamil meskipun sudah melakukan hubungan intim.
Sedangkan infertilitas sekunder, istri sudah pernah hamil lalu tidak
kunjung hamil lagi meski sudah rutin melakukan hubungan intim. “Oleh
karena itu, sebelum menghakimi seseorang mengalami infertilitas,
diharuskan periksa dulu jenisnya, baru kemudian diketahui
penyebabnya,”
kata Ervin.
Dipaparkannya,
penyebab bisa terjadi antara suami atau istri. Maka yang perlu
diperiksa adalah spermatogenesis-nya.
“Dilihat
dulu, apakah ada penyakit testis, atau kelainan endoktrin sehingga
spermatogenesis-nya
mengalami gangguan atau tidak,”
ujarnya. Ditambahkannya, infertilitas bisa saja terjadi kelainan
mekanisme sehingga sperma tidak dikeluarkan ke dalam puncak vagina,
karena beberapa hal. “Seperti
impotensi atau ejakulasi dini. Sehingga sperma yang masuk ke dalam
vagina wanita, tidak berjalan dengan baik atau tidak sampai,”
ulas Ervin.
Lanjut dia, tidak
menutup kemungkinan bahwa penyebab infertilitas datang dari istri.
Seperti ada gangguan ovulasi seperti kelainan ovarium atau gangguan
hormon. “Bisa
juga terjadi kelainan tuba, adanya mium, atau tidak sedang dalam masa
subur,”
tambah Ervin. Ujarnya, masa subur perempuan adalah 14 hari sebelum
hari haid atau menstruasinya tiba.
Disebutkan Ervin,
di Balikpapan, perempuan-perempuan yang mengalami infertil dan
memeriksakan diri bersama suami cukup banyak. Jumlahnya sekitar 10
persen dari keseluruhan kunjungan di Siloam Hospitasl. “Yang
penting untuk diperiksa adalah masa ovulasinya. Memeriksa vagina
smear, lendir servik, endometrium,
dan pemeriksaan hormon seperti
esterogen dan pregnandiol-nya,”
kata Ervin, jika yang diperiksa adalah istri.
Sedangkan jika
yang diperiksa suami, katanya, sperma harus dihitung berapa
banyaknya. “Sperma
yang telah dikeluarkan setelah 1 jam, nanti akan ditampung setelah
abstinensia selama kurang lebih 3 hari, untuk mengetahui jumlah
normalnya,”
kata Ervin. Dijelaskan Ervin, idealnya sperma bervolume 2-5 cc,
dengan sprematozoa 100-120
juta per cc. Kemudian, pergerakan normalnya 60 persen dari
sprematozoa,
masih bergerak ke dalam rahim, selama 4 jam setelah dikeluarkan.
Penyebab infertil
bukan hanya karena pengaruh gaya hidup pria yang tidak sehat seperti
merokok dan mengonsumsi alkohol. Namun, perempuan juga bisa
melakukannya. “Gaya
hidup seperti itulah yang harus sama-sama diperhatikan. Bukan saling
melempar siapa yang salah dan benar. Namun introspeksi kesehatan
tubuh sendiri dan pemeriksaan lebih lanjut, menurut saya tindakan
yang tepat,”
pungkasnya. (*/nno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar