Kamis, 06 November 2014

Sejarah Militer Yang Terkikis di Generasi



Dari Museum Kodam VI/Mulawarman

Dikisahkan Sri, pemandu museum yang sudah menemani pengunjung sejak 4 tahun lalu, museum sederhana ini di buka dan diresmikan. Katanya, sebenarnya museum kodam VI/Mulawarman ini memilik kontribusi yang besar bagi pendidikan. Tidak heran jika kebanyak pengjung, mayoritasnya memang pada pelajar dan mahasiswa. Namun yang sangat disayangkan oleh Sri adalah kurangnya rasa nasionalisme generasi sekarang. Hampir semua dari para pengunjung anak-anak kelas 4-5 itu, kalau saya tanya tentang sejarah, mereka tidak mengerti. Seperti kapan hari kemerdekaan negara, siapa pangeran Diponegoro, Hassanudin, atau Soekarno, mereka tidak tahu, tutur wanita 47 tahun ini.

Sri mengisahkan, dahulu pembuatan museum Kodam VI/Mulawarman ini merupakan impian warga dan TNI. Selain ingin menyelamatkann keaslian bangunan tua, museum dipakai sebagai wadah bukti-bukti sejarah perjalanan bangsa. Bukti nyata perjuangan bangsa Indonesia dari nol sampai bisa merdeka seperti saat ini. Mulai dari perjuangan para pejuang laskar sebelum diwadahi badan keamanan rakyat, sampai terbentuknya Tentara Nasional Indonesia. Termasuk pengetahuan mengenai teritorium Kalimantan, yang memiliki sub teritorium Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim.

Sri sangat menyayangkan, kejadian yang sering ditemukanya tersebut, membuatnya berfikir, apakah sejarah militer kita ini sudah terkikis dengan era modern yang ada kini. Kekuatan modernisasi seolah menguasai generasi anak-anak untuk mengetahui tentang sejarah negara kita. Mereka seharusnya perlu tahu juga bahwa dulu, Tentara berperang smpai titik darah penghabisan supaya kita semua bisa merdeka. Bisa duduk manis dengan tenang, dan pergi ke luar rumah tanpa rasa cemas, ungkapnya.

Sri sendiri mengaku, memang tidak secara langsung menyaksikan situasi peperangan jaman dahulu kala. Namun, orangtuanya selalu mengajarkan tentang sejarah, dan kini dia pun mengajarkan sejarah kepada anaknya, selain suaminya yang juga seorang anggota Tentara. Musem ini, pendanaan tunggal dari Kodam. Jadi, kalau hujan lebat dan awet, bisa banjir. Peralatannya, juga tidak ada koleksi terbaru yang bisa diceritakan kepada anak cucu, curhat Sri. Ia berharap, museum sederhana ini bisa menjadi tempat yang dihormati oleh masyarakat umum dan generasi, tanpa menggeser nilai sejarah di dalamnya. Seandainya, fasilitas yang ada bisa terpelihara dengan baik, maka museum ini bisa saja menjadi besar seperti yang ada di kota besar lainnya.

Kini, museum Kodam memiliki 15 jenis senjata, 8 pelengkap, 7 alat perhubungan, 4 alat musik, 6 alat kesehatan, 5 jenis dokumen, 3 lambang satuan, 5 miniatur dan 6 senjata tradisional. (*/nno)  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar