Durasi : 10-15 Menit Pemain
: 5 orang
Sinopsis :
Satria, seorang pria
yang bekerja sebagai staff officer di sebuah perusahaan IT. Rutinitasnya
seperti yang terjadi secara umum, layaknya para pekerja di Ibukota. Datang ke
kantor pukul 8.00 dan pulang kantor jam 17.00. Dan hari ini, bosnya meminta dia
untuk menyerahkan laporan bulanan, sebelum jam kantor bubar.
Sore itu, Satria yang
sedang serius mengerjakan pekerjaannya di depan layar komputer, tiba-tiba
ponselnya bergetar. Cukup lama dia baru menyadari bahwa telepon genggamnya
berbunyi di samping keyboard. Dia menoleh dan terpaku pada ponselnya yang
berbunyi itu. Deg deg deg. Jantungnya berdebar sedikit lebih kuat dari
biasanya. Dia menoleh ke sekitar ruangan kantornya sejenak, untuk memastikan,
tidak ada yang memperhatikannya.
Satria kemudian
mengangkat dan langsung menjawab panggilan itu. Mendengarkan dengan seksama,
sambil menatapi layar komputer. Dia diminta oleh seseorang untuk bertemu di
suatu tempat, tepat pukul 19.00. Nafas Satria tampak berat, namun dia berusaha
tenang. Lantas setelah menyepakati waktu tersebut, Satria menutup sambungan
selular. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 16.00. Namun,
pekerjaannya belum selesai. Dilonggarkannya kancing kemejanya, lalu berusaha
secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya.
Baru beberapa menit,
beberapa teman sekantornya, meminta bantuannya untuk mencari file yang terselip
di beberapa map di dekat meja Satria. Dia menolong, namun hatinya gelisah.
Terus melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 16.30. Dia tertegun, karena
pekerjaannya pun belum selesai. Beberapa saat kemudian, temannya girang karena
fila yang mereka cari sudah ditemukan. Satria bernafas sedikit lega, lalu
buru-buru kembali ke meja kerja dan melanjutkan tugasnya. Dia berkonsenterasi
lagi, karena waktu terus bergulir dan terasa bergerak cepat.
Satria mengirim email
laporan, tepat pukul 17.00. Lalu beranjak pergi untuk mengambil mobil di
parkiran kantor. Namun, saat di lift, antrian cukup panjang dan lift masih jauh
dari lantai kerjanya. Dia kembali melirik jam yang jarum panjangnya sudah
sampai di angka 2. Dia memutuskan untuk menuruni tangga darurat. Secepatnya,
dia ingin tiba di mobil dan bergegas meninggalkan area kantor. Karena, jam
segini adalah jam padat se-Jakarta. Dia berlari melompati beberapa anak tangga
sekaligus, hingga tiba di mobil.
Sampai di mobil, dia
melirik kotak hitam persegi panjang yang berada di jok belakang. Jantungnya
berdebar lagi tidak karuan. Dia segera keluar dari parkiran, namun saat di
pintu keluar, dia masih harus antri dengan mobil lainnya yang sudah berada
lebih dulu di depan. Kembali dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul
17.30.
Akhirnya, Satria pun
bisa keluar dari area kantor. Dia berusaha melesat dan beberapa kali menyalip
di jalanan, namun tetap terjebak macet juga. Polisi sudah berjaga di beberapa
ruas jalan. Dia melirik kotak hitam di jok belakang mobilnya, dari balik spion.
Sudah lebih dari 10 menit, mobil tak bergerak maju. Polisi tampak sibuk
mememeriksa beberapa kendaraan yang melintas. Satria semakin gelisah. Dia
berakal, meminggirkan mobilnya di dekat warung.
Dia mengambil kotak
hitam di jok belakang, lalu bergegas keluar dari mobil. Sempat diliriknya jam
yang sudah menunjukkan pukul 18.10. Dia segera berlari. Kakinya dikayuh sejauh
dan sekuat energi yang dia bisa. Lalu terdengar suara seorang laki-laki
berteriak, “Bang Sat!” dia menoleh terkejut. Kawan kantornya, Todi, yang masih
junior lewat dengan motor bututnya.
Satria segera
menghampirinya, untuk meminta temannya mengantar dia ke tempat tujuan. Todi
dengan senang hati membonceng Satria. Dia terus mengoceh dengan logat Ambonnya,
tidak menyadari bahwa motornya berjalan sangat lambat. Satria semakin stress
saat melirik jam sudah menunjukkan pukul 18.30. Saat lampu merah, Satria turun
dari motor sembari pamit pada Todi. Dia berlari lagi, menyalip beberapa motor
dan mobil yang berlalu lalang di jalan. Kotak hitam itu masih digenggamnya
erat. Beberapa kali hampir terjatuh karena lubang besar di trotoar jalan. Namun
Satria tak putus asa.
Dia terus belari.
Ponselnya berbunyi di kantong celana, dia berusaha menjawab, namun sebelah
kakinya masuk ke dalam lubang. Masih dengan semangat 45, Satria segera menjawab
telepon meskipun kaki sebelahnya masuk ke dalam galian jalan. “Sebentar lagi,
sebentar.” Satria menutup telepon dan bangkit. Meskipun kakinya sakit dan
celana juga bajunya kotor, dia kembali berlari karena waktu sudah terbuang
beberapa menit. Sepuluh menit lagi, waktu yang sudah disepakati tiba.
Satria masuk ke dalam
bioskop, namun Security menahannya karena gelagatnya yang mencurigakan, berlari
membawa kotak misterius di tangannya. Ponselnya berbunyi, namun belum sempat
diangkatnya panggilnya itu putus karena baterainya habis. Satria nyaris putus
asa, karena sudah pukul 19.00. Usai diperiksa dan ditanya-tanya keamanan,
Satria segera berlari lagi. Dia melihat sosok wanita yang berjalan keluar.
Dihampirinya dengan sisa tenaganya berlari.
Dengan nafas tersengal,
Satria berhenti di depan wanita itu. “Saya sudah janji nggak akan terlambat
lagi. Kali ini saya bener-bener mau ngebuktiin kalo saya bisa melakukan yang
terbaik buat kamu,” Satria terus bicara, hingga dia tidak kuat lagi menahan
getar dengkulnya yang lelah. Dia bersimpuh dan membuka kotak di tangannya. Dia
memberikan setangkai mawar dan sebuah cincin. Wanita itu tersenyum senang,
“Saya tahu,” ujarnya, lalu menunjukkan tiket bioskop yang menunjukkan pemutaran
film pada pukul 20.00.
------- ide film pendek ------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar